Translate This Page

Paulo Xisto Pinto Júnior, TENTANG APA, KENAPA DAN BAGAIMANA, MOMENT STADION LEBAK BULUS 1992

 

Paulo Xisto Pinto Júnior, TENTANG APA, KENAPA DAN BAGAIMANA, MOMENT STADION LEBAK BULUS 1992

Pada 1984, Xisto bertemu dengan Cavalera bersaudara di lingkungan Santa Teresa di Belo Horizonte melalui teman bersama. Pada 1985, dia bergabung dengan Sepultura setelah kepergian pemain gitar bass terdahulu band, Roberto Raffan. Xisto memainkan konser pertamanya di the Ideal Club di Santa Teresa.
Pada 2009, Xisto bergabung dengan Alan Wallace dan Andre Marcio dari Eminence dan Vladimir Korg dari Chakal untuk membentuk sebuah band The Unabomber Files. Pada 2013, grup ini merilis sebuah EP berisi enam lagu dan sebuah cuplikan untuk video musik dari lagu “Buried In My Bunker”.
Pada 2007, Xisto bermain gitar bass di album kedua Sayowa. Pada 2013, dia membuat pemunculan tamu pada album keempat Eminence, The Stalker, mengisi bass tambahan.
 
Dilahirkan dengan nama lengkap Paulo Xisto Pinto Junior pada 30 April 1969 di Belo Horizonte, Brasil, adalah pemain bass gitar untuk band thrash metal Sepultura. Dia menerima bass gitar pertamanya, sebuah bass Giannini berwarna putih, saat berusia 15 tahun. Pengaruhnya adalah Steve Harris, Geddy Lee, Geezer Butler, Cliff Burton dan Gene Simmons.
Paulo Xisto Pinto Júnior, TENTANG APA, KENAPA DAN BAGAIMANA, MOMENT STADION LEBAK BULUS 1992
Xisto tumbuh bersama dua kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Ayahnya adalah seorang pengacara. Dalam sebuah wawancara, Xisto memuji orangtuanya untuk mendukung band di awal harinya.
“Dukungan orangtua adalah salah satu kunci kesuksesan kami. Kami memiliki sebuah kamar kosong dan orangrtua saya tidak hanya meminjamkan ruangan, tapi juga mobil untuk mengangkut perlengkapan dan membuat makan siang untuk semua orang saat kami berlatih.”
Hobinya adalah jiu jitsu dan sepakbola. Dia adalah suporter dari klub sepakbola Clube Atletico Mineiro.

Sejak tahun 1999, Paulo telah membuat serangkain permainan amal sepakbola diantara para pemain Brasil, artis televisi, musisi dan anggota band. Permainan tersebut berlangsung di Estadio Municipal Castor Cifuentes di Nova Lima, Brasil, dekat Belo Horizonte. Para hadirin diminta untuk menyumbangkan makanan dan mengumpulkan sumbangan yang diberikan pada badan amal setempat.
Pada April 2008, Xisto diberi anugerah Medalha da Inconfidencia. Anugerah ini diciptakan pada 1952 oleh mantan presiden Brasil Juscelino Kubitschek untuk menghargai para individu yang berkontribusi di pembangunan wilayah Minas Gerais dan sekitarnya. Perayaan berlangsung di Ouro Preto, dipandu oleh Gubernur dari Minas Gerais, Aecio Neves.
Paulo Xisto Pinto Júnior, TENTANG APA, KENAPA DAN BAGAIMANA, MOMENT STADION LEBAK BULUS 1992

Sepultura dan Sejarahnya
Dinamika juga terjadi di tubuh Sepultura. Igor Cavalera yang menyatakan ingin pentas lagi di Indonesia itu kini tak lagi bergabung dengan Sepultura. Dia undur diri tahun 2006. Saudaranya, Max, mundur lebih dulu, tahun 1998. Personel yang dulu tampil di Indonesia tinggal Andreas dan Paulo. Divisi vokal diisi Derrick Green dan drumer terkininya adalah Eloy Casagrande.
 
”Saya ingin kembali lagi ke Indonesia, tunggu saja,” ucap Igor Cavalera sang penggebuk drum kepada majalah Hai seusai manggung di Jakarta pada 1992 lalu. Formasi band saat itu, selain Igor, adalah abangnya, Max Cavalera (vokal/gitar), Andreas Kisser (gitar), dan Paulo Jr (bas). Dalam reportase majalah Hai, Sepultura benar-benar terkesan dengan antusiasme penonton di Indonesia.

Betapa tidak. Ketika itu, mereka tergolong band dari belahan dunia selatan—sama dengan Indonesia—yang baru menapaki popularitasnya dengan album Arise (1991). Nama mereka, yang berarti ”kuburan” dalam bahasa Portugis ini, baru moncer di Eropa dan Amerika Utara. Histeria metalheads di Indonesia, yang setia menunggu di bandara dan hotel, mencengangkan mereka.

Pertunjukan di Stadion Mini Lebak Bulus, Jakarta, tergolong sukses. Sekitar 35.000 penonton ikut menyanyikan larik awal lagu ”Arise”, ”I see the world: old… I’m from nowhere”, yang kira-kira menggambarkan asal-usul mereka sebagai warga yang bertahan hidup di antara kekacauan dan kriminalitas kota Sao Paulo. Lirik lagu itu bisa jadi mewakili keresahan masyarakat di Indonesia.

Moment 1992 ini sangat berat dirasakan dalam perjalanan hidup penulis, kaos-kaos hitam yang dipakai oleh sesama penonton sangat asik dinikmati satu persatu dibawah naungan lembayung merah di langit stadion Lebak Bulus disertai hawar-hawar album vulgar display of power dari pantera  terdengar dari speaker panggung usai check sound final.

Malam menjelang edane selesai dan keluar lah 4 metal head Brazil yang kami tunggu, dan kami pun menggila, lupa gimana caranya tar pulang ke Bandung... wkekeke.

Comments

Related Post

;

Related Post

;

Random Posts
;